KALAMA SUTTA

Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Sejarah Agama Buddha dunia
Disusun
oleh:
Eka
Setya Ningsih
Semester
III
Jurusan Dharma Acariya
SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA (STAB)
NALANDA
JAKARTA
A.
LATAR
BELAKANG KALAMA SUTTA
Sutta ini di babakan
oleh Buddha kepada suku
Kalama dari Kesaputta di kota kasaputta. Sutta ini menjelaskan mengenai
banyaknya pertama yang mempunyai ajaran berbeda-bedaa dan menjelekan ajaran
satu sama lain. Suku kaama menanyakan hal itu kepada Buddha. Dan meminta
penjelasan kepada Buddha.
B.
ISI KALAM SUTTA
Sutta
ini menjelaskan tentang ajaran pertapa.
ada beberapa petapa dan brahmana yang datang ke Kesaputta. mereka menjelaskan
dan menguraikan doktrin-doktrin mereka sendiri, sambil menjelekkan,
merendahkan, mencaci, serta mencemarkan doktrin mereka yang lain. kemudian
beberapa petapa dan brahmana lain datang ke Kesaputta, dan mereka juga
menjelaskan dan menguraikan doktrin mereka sendiri, sambil menjelekkan,
merendahkan, mencaci, serta mencemarkan doktrin yang lain. Kami, tuan, merasa
bingung dan ragu. Diantara petapa-petapa yang baik ini, yang manakah yang
berbicara benar dan yang manakah yang berbicara salah ? lalu buddha menjawab “Wahai, suku Kalama. Jangan begitu saja mengikuti
tradisi,lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab
suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan
tentang alasan, penerimaan pandangan setelah memikirkannya, pembicara
yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir,
‘Petapa itu adalah guru kami’(²).
Tetapi setelah kalian mengetahui
sendiri, ‘ hal-hal ini adalah tidak bermanfaat, hal-hal ini dapat dicela; hal-hal ini dihindari oleh para
bijaksana; hal-hal
ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, akan menyebabkan kerugian dan penderitaan’,
maka kalian harus meninggalkannya.” Kemudian Buddha menjelaskan kepada muridnya
tersebut bahewa keserakahan, kebencian dan kebodohan batin muncul di
dalam diri seseorang maka akan menimbulkan kerugian. orang yang serakah,
membenci dan bodoh batinnya, yang dikuasai oleh keserakahan, kebencian dan
kebodohan batin, yang pemikirannya dikendalikan oleh hal-hal itu, akan
menghancurkan kehidupan, mengambil apa yang tidak diberikan, melakukan perilaku
seksual yang salah dan pembicaraan yang salah; dia juga akan mendorong orang
lain untuk melakukan demikian pula akan menyebabkan kerugian dan penderitaan
untuk masa yang lama. Dak kemudian Buddha menjelaskan bahwa kita jangan terlalu
percaya begitu saja dengan tradisi lisan. Dan Buddha berkata “Wahai suku Kalama, Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan,
ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah memikirkannya,
pembicara yang kelihatannya
meyakinkan, atau karena
kalian berpikir, 'Petapa
itu adalah guru kami’. Tetapi
setelah kalian mengetahui sendiri, ‘Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini jika dilaksanakan dan
dipraktekkan, akan
menyebabkan kesejahteraan dan kebahagiaan', maka kalian harus menjalankannya.”
Kemudian Buddha menjelaskan
kembali kepada kalamma Jika
tanpa-keserakahan, tanpa kebencian dan tanpa kebodohan batin maka munculah
kesejahteraan. orang yang tanpa keserakahan, tanpa kebencian, tanpa kebodohan
batin, yang tidak dikuasai oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin,
maka seseorang yang pemikirannya tidak dikendalikan oleh semua itu, dia tidak
akan menghancurkan kehidupan, tidak akan mengambil apa yang tidak diberikan,
tidak akan melakukan perilaku seksual yang salah dan pembicaraan yang salah;
dia juga akan mendorong orang lain untuk melakukan demikian pula. hal itu
menopang kesejahteraan dan kebahagiaan. , siswa agung itu , yang tidak memiliki
keserakahan, tidak memiliki niat jahat, tidak bingung, memahami dengan jernih,
selalu waspada, berdiam dengan menyelimuti satu arah dengan pikiran yang
dipenuhi cinta kasih, demikian pula ke arah kedua, ketiga dan
keempat(4). Demikian pula ke atas, ke bawah, ke seberang dan ke manapun,
dan ke segala sesuatu seperti ke dirinya sendiri, dia berdiam menyelimuti
seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi cinta kasih, luas, tinggi, tanpa
batas, tanpa rasa permusuhan dan tanpa niat jahat.
Dia yang berdiam
menyelimuti satu arah dengan pikiran yang dipenuhi kasih sayang, dipenuhi
sukacita yang tidak mengutamakandiri, dipenuhi ketenang-seimbangan, demikian
pula ke arah kedua, ketiga dan keempat. Demikian pula ke atas, ke bawah, ke
seberang, dan ke manapun, dan ke segala sesuatu seperti ke dirinya sendiri, dia
berdiam menyelimuti seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi
ketenang-seimbangan, luas, tinggi, tanpa batas, tanpa rasa permusuhan dan tanpa
niat jahat. bila siswa agung ini telah membuat pikirannya bebas dari rasa
permusuhan, bebas dari niat jahat, murni dan tidak kotor, dia telah memenangkan
empat jaminan dalam kehidupan ini juga.
Dalam kalama Sutta Buddha juga menjelaskan mengenai jaminan jaminan
yang akan di dapat untuk seseorang yang telah berbuat baik. Yaitu:
1.
jaminan
pertama yang telah dimenangkannya:
'Seandainya ada alam lain, dan seandainya perilaku yang baik dan buruk memang
memberikan buah dan menghasilkan akibat, maka ada kemungkinan ketika tubuh
hancur, setelah kematian, aku akan muncul di tempat yang baik, di suatu alam
surgawi.'
2.
jaminan kedua yang telah dimenangkannya: 'Seandainya tidak ada alam
lain, dan seandainya tindakan baik dan buruk memang tidak memberikan buah dan
menghasilkan akibat, tetap saja di sini, di dalam kehidupan ini juga, aku hidup
dengan bahagia, bebas dari rasa permusuhan dan niat jahat.'
3.
jaminan
ketiga yang telah dimenangkannya:
'Seandainya kejahatan menimpa si pelaku kejahatan, maka karena aku tidak berniat
jahat kepada siapapun, bagaimana mungkin penderitaan menyerangku, orang yang
tidak melakukan kejahatan?'
4.
jaminan
keempat yang telah dimenangkannya:
'Seandainya kejahatan tidak menimpa pelaku kejahatan, maka di sini juga aku
melihat diriku sendiri termurnikan di dalam dua hal
bila siswa agung ini telah membuat pikirannya bebas dari
permusuhan, bebas dari niat jahat, murni dan tidak kotor, maka dia telah
memenangkan empat jaminan ini di dalam kehidupan ini juga dan Jika siswa Agung
ini telah membuat pikirannya bebas dari permusuhan, bebas dari niat jahat,
murni dan tidak kotor, maka dia telah memenangkan empat jaminan ini didalam
kehidupan ini juga.
C.
KESIMPULAN
KALAMA SUTTA
Kalama sutta membahas mengenai
perbedaan ajaran yang di ajarka oleh banyak sekali pertapa dan ajaranya berbeda-beda. Mengenai hal itu, disini
buddha mnjelaska bahwa Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis,
penalaran
lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah memikirkannya,
pembicara
yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, 'Petapa itu adalah
guru kami’. Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, ‘Hal-hal ini
adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana;
hal-hal ini
jika dilaksanakan dan dipraktekkan, akan menyebabkan kesejahteraan dan
kebahagiaan', maka kalian harus menjalankannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar