Senin, 06 Februari 2017

KALAMA SUTTA


KALAMA SUTTA
LOGOISME.jpg
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Sejarah Agama Buddha dunia
Disusun oleh:
Eka Setya Ningsih
Semester III


Jurusan Dharma Acariya
SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA (STAB)
 NALANDA
JAKARTA



A.       LATAR BELAKANG KALAMA SUTTA

Sutta ini di babakan oleh Buddha kepada suku Kalama dari Kesaputta di kota kasaputta. Sutta ini menjelaskan mengenai banyaknya pertama yang mempunyai ajaran berbeda-bedaa dan menjelekan ajaran satu sama lain. Suku kaama menanyakan hal itu kepada Buddha. Dan meminta penjelasan kepada Buddha.

B.     ISI KALAM SUTTA

Sutta ini menjelaskan tentang ajaran pertapa. ada beberapa petapa dan brahmana yang datang ke Kesaputta. mereka menjelaskan dan menguraikan doktrin-doktrin mereka sendiri, sambil menjelekkan, merendahkan, mencaci, serta mencemarkan doktrin mereka yang lain. kemudian beberapa petapa dan brahmana lain datang ke Kesaputta, dan mereka juga menjelaskan dan menguraikan doktrin mereka sendiri, sambil menjelekkan, merendahkan, mencaci, serta mencemarkan doktrin yang lain. Kami, tuan, merasa bingung dan ragu. Diantara petapa-petapa yang baik ini, yang manakah yang berbicara benar dan yang manakah yang berbicara salah ? lalu buddha menjawab “Wahai, suku Kalama.  Jangan begitu saja mengikuti tradisi,lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah memikirkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir,  ‘Petapa itu adalah guru kami’(²). 
Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri,  ‘ hal-hal ini adalah tidak bermanfaat,  hal-hal ini dapat dicela;  hal-hal ini dihindari oleh para bijaksana;  hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan,  akan menyebabkan kerugian dan penderitaan’,  maka kalian harus meninggalkannya.”  Kemudian Buddha menjelaskan kepada muridnya tersebut bahewa keserakahan, kebencian dan kebodohan batin muncul di dalam diri seseorang maka akan menimbulkan kerugian. orang yang serakah, membenci dan bodoh batinnya, yang dikuasai oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, yang pemikirannya dikendalikan oleh hal-hal itu, akan menghancurkan kehidupan, mengambil apa yang tidak diberikan, melakukan perilaku seksual yang salah dan pembicaraan yang salah; dia juga akan mendorong orang lain untuk melakukan demikian pula akan menyebabkan kerugian dan penderitaan untuk masa yang lama. Dak kemudian Buddha menjelaskan bahwa kita jangan terlalu percaya begitu saja dengan tradisi lisan. Dan Buddha berkata “Wahai suku Kalama, Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah memikirkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, 'Petapa itu adalah guru kami’. Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, ‘Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini jika dilaksanakan dan dipraktekkan, akan menyebabkan kesejahteraan dan kebahagiaan', maka kalian harus menjalankannya.”
Kemudian Buddha menjelaskan kembali kepada kalamma Jika tanpa-keserakahan, tanpa kebencian dan tanpa kebodohan batin maka munculah kesejahteraan. orang yang tanpa keserakahan, tanpa kebencian, tanpa kebodohan batin, yang tidak dikuasai oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, maka seseorang yang pemikirannya tidak dikendalikan oleh semua itu, dia tidak akan menghancurkan kehidupan, tidak akan mengambil apa yang tidak diberikan, tidak akan melakukan perilaku seksual yang salah dan pembicaraan yang salah; dia juga akan mendorong orang lain untuk melakukan demikian pula. hal itu menopang kesejahteraan dan kebahagiaan. , siswa agung itu , yang tidak memiliki keserakahan, tidak memiliki niat jahat, tidak bingung, memahami dengan jernih, selalu waspada, berdiam dengan menyelimuti satu arah dengan pikiran yang dipenuhi cinta kasih, demikian pula ke arah kedua, ketiga dan keempat(4). Demikian pula ke atas, ke bawah, ke seberang dan ke manapun, dan ke segala sesuatu seperti ke dirinya sendiri, dia berdiam menyelimuti seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi cinta kasih, luas, tinggi, tanpa batas, tanpa rasa permusuhan dan tanpa niat jahat.

 Dia yang berdiam menyelimuti satu arah dengan pikiran yang dipenuhi kasih sayang, dipenuhi sukacita yang tidak mengutamakandiri, dipenuhi ketenang-seimbangan, demikian pula ke arah kedua, ketiga dan keempat. Demikian pula ke atas, ke bawah, ke seberang, dan ke manapun, dan ke segala sesuatu seperti ke dirinya sendiri, dia berdiam menyelimuti seluruh dunia dengan pikiran yang dipenuhi ketenang-seimbangan, luas, tinggi, tanpa batas, tanpa rasa permusuhan dan tanpa niat jahat. bila siswa agung ini telah membuat pikirannya bebas dari rasa permusuhan, bebas dari niat jahat, murni dan tidak kotor, dia telah memenangkan empat jaminan dalam kehidupan ini juga.
Dalam kalama Sutta Buddha juga menjelaskan mengenai jaminan jaminan yang akan di dapat untuk seseorang yang telah berbuat baik. Yaitu:
1.      jaminan pertama yang telah dimenangkannya: 'Seandainya ada alam lain, dan seandainya perilaku yang baik dan buruk memang memberikan buah dan menghasilkan akibat, maka ada kemungkinan ketika tubuh hancur, setelah kematian, aku akan muncul di tempat yang baik, di suatu alam surgawi.'

2.       jaminan kedua yang telah dimenangkannya: 'Seandainya tidak ada alam lain, dan seandainya tindakan baik dan buruk memang tidak memberikan buah dan menghasilkan akibat, tetap saja di sini, di dalam kehidupan ini juga, aku hidup dengan bahagia, bebas dari rasa permusuhan dan niat jahat.'

3.      jaminan ketiga yang telah dimenangkannya: 'Seandainya kejahatan menimpa si pelaku kejahatan, maka karena aku tidak berniat jahat kepada siapapun, bagaimana mungkin penderitaan menyerangku, orang yang tidak melakukan kejahatan?'

4.      jaminan keempat yang telah dimenangkannya: 'Seandainya kejahatan tidak menimpa pelaku kejahatan, maka di sini juga aku melihat diriku sendiri termurnikan di dalam dua hal

bila siswa agung ini telah membuat pikirannya bebas dari permusuhan, bebas dari niat jahat, murni dan tidak kotor, maka dia telah memenangkan empat jaminan ini di dalam kehidupan ini juga dan Jika siswa Agung ini telah membuat pikirannya bebas dari permusuhan, bebas dari niat jahat, murni dan tidak kotor, maka dia telah memenangkan empat jaminan ini didalam kehidupan ini juga.

C.     KESIMPULAN KALAMA SUTTA

Kalama sutta membahas mengenai perbedaan ajaran yang di ajarka oleh banyak sekali pertapa dan ajaranya berbeda-beda. Mengenai hal itu, disini buddha mnjelaska bahwa Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah memikirkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, 'Petapa itu adalah guru kami’. Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, ‘Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini jika dilaksanakan dan dipraktekkan, akan menyebabkan kesejahteraan dan kebahagiaan', maka kalian harus menjalankannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar